29 March 2012

BAHAN PEMBELAJARAN SEDERHANA PART II

C. Cara Pengembangan Bahan Pembelajaran Sederhana

1. Tahapan Pengembangan Bahan Pembelajaran Sederhana

Pembelajaran sederhana merupakan bahan pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi yang tidak kompleks (sederhana). Dalam kenyataannya di sekolah para guru seringkali merasa enggan untuk mengembangkan bahan pembelajaran tersebut. Keengganan tersebut muncul bukan karena ketidakmampuan guru dalam mengembangkan tetapi mungkin disebabkan karena kebingungan para guru tentang bagaimana tahapan pengembangan bahan pembelajaran sederhana yang tepat sehingga bahan pembelajaran yang dihasilkan tidak hanya bagus secara fisik tetapi juga dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.

Seperti halnya dengan mengembangkan bahan pembelajaran yang lain, pengembangan bahan pembelajaran sederhana harus melalui tahapan-tahapan pengembangan bahan pembelajaran yang efektif dan efisien. Bahan ajar tersebut harus memudahkan siswa memahami pesan yang akan disampaikan. Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam mengembangkan bahan pembelajaran sederhana adalah sebagai berikut :

a. Penentuan Kebutuhan Belajar Siswa

Kebutuhan belajar siswa adalah kesenjangan antara kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa saat ini dengan kemampuan dan keterampilan yang kita harapkan akan dimiliki siswa. Kebutuhan apa yang harus dikuasai siswa biasanya sudah terdapat di dalam kurikulum, yang biasanya dijabarkan ke dalam rancangan-rancangan program pembelajaran. Pada setiap akhir semester, biasanya siswa dituntut untuk menguasai suatu hasil belajar tertentu. Sedangkan pada awal semester, umumnya siswa belum dapat menguasai apa yang dituntutkan kepadanya. Kesenjangan kemampuan inilah yang dinamakan dengan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar ini harus dijadikan patokan bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran baik berupa materi maupun media yang akan dikembangkan untuk membantu proses pembelajaran. Jadi jika ingin mengembangkan bahan ajar, termasuk juga bahan ajar sederhana maka seorang guru harus memahami dengan jelas siapa siswanya, bagaimana karakteristiknya dan apa kebutuhan belajarnya karena ini merupakan hal penting untuk tahap selanjutnya.

b. Perumusan Tujuan/Kompetensi Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hal penting yang harus dipahami oleh para guru sebelum mengembangkan bahan pembelajaran termasuk media sederhana, karena tujuan pembelajaran merupakan tolok ukur berhasil tidaknya proses pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai oleh siswa maka siswa telah memiliki kemampuan, keterampilan atau pengetahuan yang berkaitan dengan topik-topik bahasan yang telah dipelajari. Dapat diartikan pula bahwa siswa telah terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Tujuan pembelajaran atau yang sekarang dikenal dengan kompetensi perlu dirumuskan dengan beberapa ketentuan sebagai berikut.

1) Tujuan dinyatakan dalam kalimat pernyataan yang menyatakan kemampuan atau

keterampilan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

2) Tujuan harus memiliki kejelasan subjek atau pokok kalimatnya, yang menjadi subjek atau pokok kalimat adalah siswa yang menjadi sasaran dalam proses pembelajaran. Subjek sebaiknya jelas dan spesifik.

3) Tujuan harus mengandung kata kerja yang mencerminkan perilaku yang diharapkandapat dilakukan siswa.

4) Tujuan yang lengkap biasanya menyebutkan tingkat keberhasilan yang harus dicapai siswa.

5) Tujuan yang lengkap menyebutkan juga kondisi yang harus dipenuhi saat hasil belajarnya dievaluasi.

c. Pengembangan Materi

Langkah berikutnya setelah merumuskan tujuan pembelajaran adalah memikirkan bagaimanakah agar tujuan tersebut dapat dicapai atau bagaimanakah caranya supaya siswa memiliki kemampuan atau dapat melakukan keterampilan yang diharapkan. Hal selanjutnya adalah mengembangkan materi yang akan diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.Telah kita ketahui bersama bahwa penyampaian materi hanya secara verbal sangat tidak efektif untuk itu guru perlu memilih materi materi tertentu yang perlu dimediakan. Tentu saja materi yang dipilih ialah materi ialah materi yang dapat disajikan dengan lebih baik melalui media daripada hanya melalui penjelasan lisan dari guru.

d. Visualisasi Pesan pembelajaran

Visualisasi pada dasarnya adalah upaya untuk menyampaikan pesan pembelajaran melalui pengalaman melihat, hal ini didasarkan atas prinsip psikologis bahwa seseorang akan memperoleh kesan/pengertian yang mendalam dari sesuatu yang dilihatnya daripada sesuatu yang hanya didengar. Namun perlu disadari bahwa tidak semua pesan pembelajaran yang akan dikembangkan dalam bahan pembelajaran sederhana dapat divisualkan secara nyata. Hal ini disebabkan adanya tingkat realisme isi pesan yang akan disampaikan. Memang pembelajaran akan lebih efektif jika dapat digambarkan serealitas mungkin, namun bukan berarti dalam mengembangkan bahan pembelajaran sederhana objek harus digambarkan persis seperti keadaan sebenarnya.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memvisualisasikan pesan, yaitu; tingkat perkembangan dan latar belakang budaya siswa. Untuk siswa SD visualisasi pesan sebaiknya disampaikan secara keseluruhan tidak bagian demi bagian karena hal tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD. Penerimaan siswa terhadap pesan visual juga berpengaruh pada latar belakang budayanya. Siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda akan menyimak pesan-pesan visual secara berbeda pula, karena itu pesan yang disajikan unuk siswa SD di kota besar jangan disamakan dengan pesan visual untuk siswa SD di pedesaan.

e. Produksi

Tahap yang terakhir dalam mengembangkan bahan pembelajaran sederhana adalah produksi. Dalam tahap produksi seorang guru sudah harus menentukan jenis bahan pembelajaran sederhana apa yang akan diproduksi, menggunakan dua dimensi atau tiga dimensi.

Berikut ini akan disajikan cara-cara pembuatan beberapa bahan pembelajaran sederhana baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru.

1) Pembuatan papan Flanel

Bahan yang diperlukan :

- Tripleks

- Laken, flanel

- Paku

- Gunting/pemotong

- Alat penyerut

- Kertas gosok

Cara pembuatan :

- Potonglah tripleks, laken atau flanel sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, tetapi ukuran laken/flanel lebih besar dari ukuran tripleks yang dikehendaki agar dapat dilipatkan ke bagian belakang tripleks untuk dilekatkan.

- Kemudian lapisi tripleks tersebut dengan kain flanel, harus diperhatikan bahwa kain flanel harus direntangkan tegang dan tidak boleh ada kerutan-kerutannya.

- Berilah bingkai pada bagian tepi tripleks agar terlihat lebih rapi dan kuat dan agar mudah dalam penggunaannya jangan lupa buatlah dudukan atau gantungan papan.

Cara pemakaian :

- bahan pembelajaran ini sangat cocok untuk menyampaikan materi pertumbuhan, perkembangan atau perbandingan sesuatu.

- Penempatan papan flanel hendaknya setinggi garis pandangan siswa dan tulisan dan gambar yang digunakan hendaknya cukup besar untuk dapat dilihat dengan mudah oleh siswa yang duduk di belakang sekalipun.

- Jangan melekatkan gambar dan tulisan terlalu banyak karena akan mengganggu perhatian siswa, gunakan gambar menurut pokok pembicaraan saja

- Perlu diperhatikan kekontrasan warna antara warna kain flanel dan warna gambar yang akan dipasang di atasnya, jika warna kain flanel soft maka warna gambar haruslah terang atau sebaliknya sehingga tidak membingungkan siswa.

2) Pembuatan Papan Magnetik

Bahan yang diperlukan :

- Tripleks, pilih warna sesuai dengan yang dikehendaki

- Pelat besi

- Mesin Bor

- Alat penyerut

- Kertas gosok

- Paku

- Palu

- Obeng

- Alat pemotong

- Cat

- Kikir

- Potongan-potongan magnet

- Pelat alumunium siku

Cara pembuatan :

- Memotong pelat besi dan tripleks sesuai dengan ukuran yang dikehendaki (ukuran standar papan tulis)

- Meratakan permukaan tripleks dan pelat besi dengan menggunakan alat penyerut, kikir dan kertas gosok

- Lubangilah bagian-bagian tertentu dari pelat besi (tempat paku) dengan menggunakan mesin bor, kemudian lapisi tripleks dan pelat besi menjadi satu kesatuan dengan menggunakan paku dan sekrup

- Pasang bingkai aluminium pada semua sisi papan magnet dan terakhir catlah permukaan besi agar terlihat lebih rapi.

3) Pembuatan Diorama

Bahan yang diperlukan :

- Karet

- Karet busa

- Gunting

- Kawat

- Kertas layang-layang

- Karbon

- Lumut-lumutan

- Cat

- Lilin

- Tanah liat

- Kain bekas

- Sisir

- Kanji

Cara pembuatan :

- Membuat sketsa yang dibuat dan gambar perspektif rencana diorama disesuaikan dengan pesan pembelajaran yang akan dibuat

- Siapkan tempat penyimpanan diorama, dapat menggunakan kotak kayu, karton, meja, lantai dan sebagainya sesuai dengan ukuran diorama yang dikehendaki

- Mulailah mengerjakan bagian-bagian diorama secara rinci sesuai dengan rencana dalam gambar sketsa, misalnya membuat hutan dan semak-semak dengan menggunakan busa berwarna hijau, membuat rumah dari kotak dan seterusnya

- Jangan lupa untuk mewarnai dorama supaya lebih menarik dan lebih

hidup

4) Pembuatan Peta Timbul

Bahan yang diperlukan :

- Kertas bekas

- Tanah liat

- Perekat kanji

- Cat berwarna

- Tripleks

- Kertas layang-layang

Cara Pembuatan :

- Buatlah bentuk peta yang menggambarkan gunung dan lembah beserta kelengkapannya dengan menggunakan tanah liat dan barang bekas di atas papan atau tripleks lalu keringkan

- Setelah kering, semua bentuk permukaan bentuk tanah liat dibasahi dengan menggunakan air sabun

- tempelkan kertas yang telah dirobek-robek ukuran 2 x 10 cm dengan perekat kanji untuk menutupi semua permukaan tanah liat kurang lebih 10 lapisan agar lapisan menjadi tebal

- Kemudian tempelkan kertas layang-layang di atas sobekan-sobekan kertas yang telah ditempelkan pada tanah liat lalu keringkan.

- Setelah kering, lapisan kertas dilepas dari acuan tanah liat dan kakinya direkatkan pada alas tripleks yang telah disiapkan

- Lalu, lapisan kertas yang sudah berbentuk dan tertempel pada alas tripleks itu kemudian diberi warna yang sesuai



sumber : Pengemb. Bahan Pembjrn SD karangan M. Djauhar Siddiq, dkk.

27 March 2012

BAHAN PEMBELAJARAN SEDERHANA PART 1

A. Pengertian dan Karakteristik Bahan Pembelajaran Sederhana

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut bahan pembelajaran/media sederhana, ada yang menyebutnya dengan bahan/media pembelajaran tepat guna dan ada pula yang menyebut dengan bahan/media pembelajaran serba aneka, meskipun berbeda tetapi memiliki makna yang sama yakni sebagai bahan pembelajaran yang dikembangkan menggunakan teknologi yang sederhana/tidak kompleks. Contohnya saja bahan/media pembelajaran realita atau benda sebenarnya, bahan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bahan pembelajaran audio, visual dan audio-visual karena kekhususannya maka digolongkan ke dalam bahan pembelajaran sederhana.

Bahan pembelajaran sederhana tergolong murah dan tidak rumit, sehingga pengadaannya dapat dikembangkan sendiri oleh guru ataupun bagi mereka yang berkepentingan akan penggunaan bahan pembelajaran. Walaupun begitu bahan pembelajaran sederhana tidak berarti lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan bahan pembelajaran yang menggunakan teknologi canggih. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana pemakaiannya dan juga pengembangannya.

Seiring dengan kemajuan teknologi, berbagai bahan pembelajaran modern telah dikembangkan untuk mencapai sebuah proses pembelajaran yang berdayaguna serta mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. Namun, di era teknologi canggih saat ini tidak lantas mengesampingkan begitu saja teknologi sederhana karena peranannya masih sangat dibutuhkan dan saling melengkapi. Bahan pembelajaran yang dikembangkan dengan berbasis pada teknologi canggih belum mampu diaplikasikan secara luas karena masih menghadapi berbagai kendala. Berdasarkan keterbatasan tersebut maka masih sangat dibutuhkan keberadaan bahan pembelajaran sederhana sebagai penopang guna mencapai pembelajaran yang berkualitas.

B. Macam-Macam Bahan Pembelajaran Sederhana

1. Bahan Pembelajaran Sederhana Dua Dimensi

a. Papan Tulis (Boards)

Papan tulis telah lama digunakan dan sulit dipastikan sejak kapan mulai digunakan.

Fungsi papan tulis diantaranya adalah :

1) menuliskan pokok-pokok pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru terutama

digunakan secara klasikal,

2) menuliskan pesan pembelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan dan sejenisnya,

3) mengerjakan tugas atau soal latihan dalam pembelajaran klasikal.

Ada 5 jenis Boards yang bias digunakan dalam proses pembelajaran antara lain 1) Chalkboard, 2) Buletin board, 3) Felt board, 4) Magnetic board, dan 5) Electrik board.

1) Chalkboard

Walaupun chalkboard telah digunakan secara luas, namun penggunaannya sering kali kurang benar. Agar menjadi bahan pengajaran yang efektif maka perlu untuk direncanakan penggunaannya. Guru harus benar-benar mempertimbangkan bagian-bagian pembelajaran yang penting untuk dituliskan di chalkboard. Biasanya chalkboard merupakan bagian permanen dari suatu kelas, namun ada pula yang tidak permanen sifatnya. Awalnya chalkboard selalu berwarna hitam dan terbuat dari papan, karena itu disebut blackboard. Saat ini chalkboard memiliki bermacam-macam warna misalnya hijau atau biru. Saat ini sudah banyak papan tulis yang dibuat dari bahan seperti asbes semen, pressedwood, woodfiber, massy-surfaced glass, plastic atau vitreous-coated stell boards.

2) Papan Buletin (Buletin board)

Papan bulletin adalah alat yang digunakan untuk memamerkan gagasan-gagasan tertentu. Papan buletin ini banyak terbuat dari bahan gabus limolium, kain guni (burlap) atau bahan-bahan lain yang sejenis. Papan buletin ini banyak digunakan untuk (1) memberi rangsangan pada kondisi kelas sehingga menjadi menarik, (2) menciptakan kesiapan terutama untuk unit kerja yang baru, (3) memberi jalan keluar bagi siswa berbakat, (4) membangkitkan semangat kelas dan (5) mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara sesama siswa.

3) Papan Flannel (Flanned board)

Papan flanel merupakan papan yang dilapisi dengan kain flanel ataupun jenis kain berbulu. Kegunaan papan ini adalah untuk menyajikan pesan yang dapat ditempelkan pada kain tersebut. Media ini dapat digunakan untukmengajarkan membedakan warna, mengembangkan perbendaharaan kata, dramatisasi, mengembangkan konsep tentang pokok-pokok cerita, membuat diagram, grafik dan sebagainya.

4) Papan Magnetik (Magnetik board)

Magnetik board pada dasarnya mirip dengan chalkboard tetapi permukaan bagian belakangnya dilapisi dengan lembaran baja sehingga kain mengikat bahan yang ditempelkan pada board. Bahan tersebut mudah didapat dan sudah banyak dijual.

5) Papan Listrik (Electric board)

Papan listrik ini umumnya dikembangkan sendiri oleh guru. Prinsip dari papan listrik ini adalah mencocokkan pertanyaan dengan jawaban yang ditandai dengan menyalanya bola lampu. Bila belajar dengan menggunakan papan ini siswa dapat menjelaskan pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan.

2. Media Tiga Dimensi

Bahan pembelajaran sederhana tiga dimensi dapat memberikan sesuatu perasaan yang sesungguhnya karena bahan pembelajaran ini melibatkan lebih banyak perasaan dan pengertian siswa dibandingkan dengan media lainnya. Media ini memberikan pengertian yang mendalam dan pemahaman yang lebih lengkap akan benda-benda yang nyata. Unsur manipulasi merupakan unsur penting dalam penggunaan media tiga dimensi, dengan memainkannya diharapkan siswa dapat belajar. Contoh media tiga dimensi :

a. Specimen

Kadangkala menjadikan benda sebenarnya dalam pembelajaran tidaklah selalu tepat untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Kendala waktu, biaya, dan tenaga menjadikan benda contoh (specimen) dipandang lebih menguntungkan. Berbagai jenis specimen yang biasa digunakan dalam pembelajaran antara lain adalah :

1) Akuarium

2) Terrariun

3) Kebun binatang

4) Kebun percontohan

5) Insektarium

6) Herbarium

7) Teksidermi, yakni kulit binatang kering yang dibentuk menyerupai binatang aslinya

Berbagai aktivitas dapat dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan bahan pembelajaran specimen ini. Aktivitas peserta didik yang dapat dilakukan antara lain; menganalisis, menggunakan, mendiskusikan dan melakukan percobaan.

3. Model (tiruan)

Model atau bahan pembelajaran tiruan merupakan tiruan dari suatu objek yang berbentuk tiga dimensi, diciptakan sedemikian rupa sehingga bentuknya serupa walaupun dalam segi-segi yang lain tidak serupa. Pertimbangan yang seringkali dikedepankan dalam penggunaan model sebagai bahan pembelajaran adalah; ukuran, waktu, letak, kerumitan dan pemahaman tentang proses.

Objek yang terlalu besar atau juga terlalu kecil sering menjadi kendala pemanfaatan benda asli dalam pembelajaran. Oleh karena itu perlu menciptakan tiruan yang dalam ukuran yang lebih kecil agar peserta didik dapat memahami suatu objek yang terlalu besar. Sebaliknya juga demikian untuk objek yang terlalu kecil sehingga sulit atau tidak memungkinkan untuk dilihat dengan mata biasa maka diperlukan model dengan ukuran yang lebih besar. Berbagai kejadian masa lampau, dapat berupa benda atau makhluk hidup yang telah punah. Sebagai contoh adalah model binatang purba Dinosaurus akan dapat memberi pemahaman yang lebih konkrit terhadap pesan yang terkait dengan masa lampau. Demikian juga bangunan yang sudah punah juga dapat dibuat model tiruannya. Pesan belajar seringkali terkait dengan objek yang letaknya sangat jauh dari peserta didik, misalnya saja tentang planet dan antariksa. Maka sangatlah penting dibuat benda tiruanya sehingga pembelajaran akan lebih efisien. Begitu juga dengan objek yang berstruktur rumit akan menimbulkan kendala tersendiri dalam pembelajarannya. Oleh karena itu benda tiruan yang lebih sederhana diharapkan akan menjadi media pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa model akan bermacam-macam jenisnya. Adapun macam-macam model yang biasa digunakan sebagai media pembelajaran di SD antara lain ; model perbandingan, model yang disederhanakan, model irisan, model lapangan untuk menerangkan wilayah tertentu, model susunan, model utuh, peta timbul, topeng dan boneka.

4. Mock-Ups

Mock-ups didefinisikan sebagai alat tiruan yang mempresentasikan gerak atau fungsi dari bagian tertentu suatu benda. Oleh karena itu biasanya Mock-ups hanya dibuat untuk bagian-bagian benda yang dipandang penting saja. Agar lebih menyederhanakan penampilan, bagian-bagian yang tidak terlalu penting tidak ditampakkan sehingga pemahaman akan lebih mudah terbentuk dalam diri siswa. Sebagai contoh adalah mock-up tentang konversi energi pada ketel uap.

Bahan pembelajaran sederhana ini memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran karena fungsi dan proses kerja dapat dipresentasikan disamping bentuknya juga menyerupai model. Namun demikian media jenis ini juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan sehingga kendala yang mungkin terjadi dapat diantisipasi pemecahannya. Seringkali pengoperasian suatu mock-up memerlukan keterampilan khusus yang perlu dipelajari terlebih dahulu dan kualitas rancang bangunnya berdampak pada keakuratan pesan yang akan disampaikan.

5. Diorama

Diorama adalah pemandangan tiga dimensi mini dari suatu objek, kejadian atau proses yang disusun atas berbagai simbol dan bahan-bahan nyata yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan yang sebenarnya. Diorama yang dibuat secara professional memang terbilang mahal, namun untuk kepentingan pengajaran diorama ini dapat dibuat oleh para siswa. Misalnya dengan memanfaatkan kotak kardus, peti kayu atau kotak sepatu. Diorama sebagai media pengajaran terutama berguna untuk mata pelajaran IPS tetapi tidak menutup kemungkinan dapat dikembangkan untuk mata pelajaran lainnya.

6. Realita

Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses pembelajaran siswa akan lebih aktif dalam mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Dalam mata pelajaran IPA misalnya, kegiatan terhadap bagian-bagian tumbuhan di halaman sekolah diharapkan dapat menyebabkan timbulnya minat siswa terhadap tumbuhan secara langsung. Contoh lain pemanfaatan realita, misalnya guru membawa ikan atau binatang lainnya ke dalam kelas.

Penggunaan realita dalam pembelajaran sangat baik dilakukan karena dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan yang sesungguhnya. Para siswa akan lebih banyak belajar misalnya tantang tanaman yang dibawa ke kelas untuk dipelajari, dibandingkan dari sekedar melihat gambar. Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum mempergunakan realita sebagai bahan pembelajaran, yaitu :

1) perlu dipertimbangkan secara masak benda-benda apa yang dapat dimanfaatkan/dihadirkan

ke dalam proses pembelajaran,

2) bagaimana cara agar benda-benda yang digunakan sesuai dengan pola pembelajaran di kelas, 3) dari mana kita dapat memperoleh benda-benda tersebut.

Jika ketiga hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan baik, maka pemanfaatan realita sebagai bahan pembelajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran akan semakin efektif.

7. Ritatoon

Ritatoon merupakan gambar berseri yang dibingkai sedemikian rupa, tahapan-tahapan yang ditunjukkan pada gambar-gambar tersebut dapat dipresentasikan sebagai suatu proses kejadian. Dengan demikian, pada kenyataannya pesan belajar dikemas dalam media dua dimensi yang didukung oleh piranti tiga dimensi. Tempat gambar seri tersebut merupakan papan yang diberi rel untuk menempatkan gambar-gambar berbingkai.

5. Rotatoon

Sesuai dengan namanya bahan pembelajaran ini merupakan alat pertunjukan yang bisa diputar. Rota artinya berputar, Toon artinya pertunjukan. Bahan pembelajaran ini tergolong ke dalam tiga dimensi bukan karena sifatnya, tetapi karena ukurannya. Prinsip kerjanya hampir sama dengan Ritatoon, yakni menampilkan pesan pembelajaran yang dikemas dalam gambar (dua dimensi) berseri. Namun demikian dilihat dari segi fisiknya, kedua media pembelajaran tersebut tampak berbeda. Rotatoon menggunakan gambar seri yang bersambungan dan digulung pada tempat gulungan yang diletakkan pada bagian tepi kotak. Presentasi gambar ditempatkan pada lobang yang menyerupai layar monitor pada pesawat televisi.

..................................................................................................BERSAMBUNG